Kerinduhan Hati untuk Ibu Yang Suda Tiada Bersama lagi Oleh: Zpanya Gwijangge

Posted by WWW.MOLENGEN.COM on Kamis, 29 Desember 2016

spanya Gwijangge

Kerinduhan Hati untuk Ibu Yang Suda Tiada  Bersama lagi Oleh: Zpanya Gwijangge
Aku Tak Percaya Ibu Telah Tiada
HINGGA hari ini aku masih belum percaya ibu telah meninggal. Keluargaku memang belum pernah kehilangan. Kini aku begitu merindukan ibu. Menyesal belum sempat membuat ibu bahagia.
Kehilangan itu membuatku begitu hampa. Segalanya seolah menjadi tak berjiwa. Aku seakan tak mendengar bunyi apa pun, saat pulang ke rumah tak pernah lagi ku dengar suara lembut itu. Tapi aku seolah kehilangan pijakan. Kedua kakiku rasanya melayang. Aku seolah meluncur ke dalam lubang yang tak bisa kuhentikan.
Semua kenangan masa kecilku kuingat kembali. Waktu muda dan saat aku masih kecil, ibu begitu cantik. Lembut, meski keras dalam sikap. Aku bangga punya ibu seperti ibuku. Waktu ibu sakit aku kasihan sekali. Aku ingin membantunya tapi tidak bisa: sakit ibu sudah parah.. Memang kuakui aku tumbuh dengan pikiranku sendiri dan sibuk dengan diriku sendiri. Mungkin ibu berpikir aku seolah tidak peduli. Padahal dalam hati aku selalu sayang ibu. Selalu mengingatnya. Kini ibu sudah tiada. Sudah benar-benar hilang dari keluarganya.
Lain sekali rasanya kematian itu. Sore itu aku mengaji di makam ibu. Ada bentangan daun dan kembang. Juga bunga yang ditabur di makam. Lima jam yang lalu aku ikut mengantarkan ibuku ke tempat istirahat yg terakhir.Aku menabur air dan bunga.Entah mengapa saat itu aku teringat sebuah kisah: lubang dalam lubang, yang tadinya aku belum begitu mengerti maknanya. Tapi, menghadapi lubang kubur ibu, serta lubang yang digali lagi dalam lubang kubur ibu, aku jadi benar-benar mengerti kisah itu: lubang cahaya. Ya, kurasakan lubang ibu adalah lubang cahaya. Tempat di mana seorang perempuan yang baik budi semasa hidupnya terkubur di sana. Wajahnya terbenam dalam lubang itu, masuk ke dalam liang yang aku sendiri ikut menyaksikan pemakaman itu.. Ketika dibuka ikatan-ikatan tali itu. Seolah aku teringat ikatan masa lalu, di mana aku terbenam di dalamnya. Sejenak melintas saat aku menghentak-hentakkan kaki, maju mundur meminta uang pada ibu di jalan. Ibu marah dengan sayang. Wajahnya merajuk lalu tersenyum. Diraihnya tubuhku dan diciumnya kepala dan mukaku. Anakku sayang,anakku sayang, kata ibu. Hanya itulah yang keluar dari mulut ibu. Ia memandangi anaknya. Seolah Tuhan memandangi dunia. Duh, perempuan yang baik hati, kini kau telah pergi. Telah benar-benar meninggalkan aku.
Kini aku hanya memiliki seorang ayah,ayah yang tak pernah mau tau bagaimana hidup dan masa depanku.,yang tak pernah tau cara mendidikku dalam banyak hal. Caran mendidikku menjadi anak luar biasa. Aku hanya dibiarkannya melakukan apa saja yang aku suka, tidak pernah melarangku.Tidak pernah memperdulikanku,apalagi menyaynggiku.. Semua ini Membuat aku putus asa, sedih dan berduka. Ada apa dengan kehidupanku di dunia ini? Mengapa tuhan memberiku takdir sekejam ini? Apakah salah aku ini?
Mengapa harus aku yang merakan semua ini,,kapan kebahagiann itu hadir di hidupku...
Mengapa kau ambil ibuku........... :
Sesahat lagi masuk tahun baru bigitu tak ketemu ibu.
(NINDI andi oh nia. 

Editor:Robert Gwijangge

Blog, Updated at: 05.06.00

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog