![]() |
ndugamende |
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Papua yang merupakan wilayah bagian NKRI, yang terletak di wilayah Indonesia bagian Timur. Pandangan terhadap wilayah papua sebagai wilayah NKRI, yang perlu diperhatikan dari berbagai pihak dalam hal budaya, adat-istiadat, pendidikan dan kesehatan. Jika dalam hal inilah kelomok membahas perbedaan budaya pendidikan papua yang masih terbelakang dengan kelomok mengambil topik adaptasi anak muda papua di tengah budaya masyarakat Jawa (Yogyakarta). Pentingnya beradaptasi dengan budaya luar, karena kelompok kami berlatar belakang papua maka kelompok akan membahas perbedaan pandangan dari berbagai aspek antara lain, budaya pendidikan papua dengan budaya pendidikan jawa dan kehidupan masyarakat papua dengan kehidupan masyarakat jawa, dari pandangan ini menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi di tengah masyarakat.
Kita memahami budaya papua dari konteks pendidikan, budaya pendidikan papua perlu diperhatikan oleh semua pihak khususnya pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah agar pendidikan di papua bisa maju dan anak-anak muda papua tidak lagi mencari-cari pendidikan di luar papua sendiri.
Dengan minimnya akses pendidikan di papua, maka anak muda papua berbondong-bondong menuju pulau-pulau yang lain untuk menempu pendidikan yang lebih tinggi. Perilaku berbondong-bondong menyerbu pulau-pulau lain contohnya secara umum pulau Jawa dan khususnya kota istimewa Yoyakarta telah berlangsung dari tahun ke tahun. Dengan jumlah yang terus beredar adalah bahwa hanya untuk mendapatkan pendidikan yang maju dan mendorong orang harus pergi ke pulau jawa hanya menyempu pendidikan.Mungkin benar. Tetapi mengapa perilaku tahunan-kemudian menjadi penduduk Papua untuk memenuhi kebutuhannya akan pendidikan ini tidak dikaji secara kritis.
Budaya pergaulan di tengah masyarakat jawa, dari pengalaman Jhon ketika ia meningalkan tanah kelahirannya menuju pulau jawa untuk menempu pendidikan yang lebih tinggi, banyak hal yang ia hadapi dan ia memahami bahwa pentingnya pergaulan terhadap orang-orang sekitarnya dengan berlatar belakang yang berbeda. Selanjutnya kelompok akan membahas lagitentang hidup bermasyarakat yang berharmonis.
- Rumusan Masalah
- Mengenal Potret perkembangan dan keadaan Pendidikan Papua?
- Mengapa lebih banyak anak muda Papua yang memilih kuliah ke luar Papua?
- Mengapa anak muda Papua memilih Jogja sebagai tempat studi?
- Bagaimana cara anak muda Papua beradaptasi dengan Masyarakat dan budaya Jogjakarta?
- Apa tangapan anak muda Papua terhadap masyarakat Jogjakarta?
- Bagimana tanggapan masyarakat setempat (Yogyakarta), dalam melihat kebudayaan luar (papua)
PEMBAHASAN
- Potret Pendidikan Papua
Sejak Papua diintegrasikan ke dalam NKRI, perkembangan pendidikan di Papua barat sangat tertinggal dibanding dengan pulau-pulau yang terdapat di bagian Indonesia tengah dan Indonesia bagian barat. Bahkan sistim pendidikan dan pengajaran dapat
Hal ini sangat terlihat Jelas, hampir 90% sekolah swasta maupun negeri tidak memiliki fasilitas pendidikan. Selain itu, tenaga pengajar pun sangat kurang sehingga banyak murid yang sedang mengenyam pendidikan di SD, SMP, maupun SMA yang menjadi korban. Artinya, murid di Papua tidak pernah menerima pendidikan itu dengan baik sehingga anak-anak Papua tidak dapat bersaing dengan orang atau anak lain yang berasal dari pulau lain di Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah; apakah ketertinggalan dan kebodohan masyarakat atau anak Papua disebabkan orang mereka sendiri?, menurut kelompok kami kebodohan dan ketertinggalan masyarakat atau anak muda Papua bukan kesalahan mereka. Yang harus disalahkan adalah Pemerintah daerah dan pemerintah pusat Indonesia, sebab mereka yang memunyai tanggung jawab penuh untuk memajukan sumber daya manusia terutama melalui Pendidikan. Kami juga menyadari bahwa rakyat atau masyarakat juga memiliki peranan penting dalam menciptakan manusia yang memiliki daya saing yang tinggi, tetapi mereka juga tidak dapat memajukan tanpa campur tangan Pemerintah dalam menyediakan atau memfasilitasi, fasilitas pendidikan yang baik.
Ketidakpedulian Pemerintah daerah dan pusat yang menyebabkan hingga pendidikan di daerah Papua tetap alias tidak pernah maju atau berkembang. Contohnya, banyak sekolah di daerah, baik di kampung maupun kota, yang tidak memiliki perpustakaan. Kekurangan perpustakaan dan sebagainya ini menjadi bumerang besar untuk menciptakan Manusia papua yang bodoh dan tertinggal. Yang menjadi pertanyaan untuk kita semua yang harus dijawab, apakah pemerintah sengaja tidak peduli terhadap taraf atau keadaan dalam hal ini kebodohan masyarakat Papua atau pembiaraan yang disegajakan?
Kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa kebodohan dan ketertinggalan pendidikan di Papua adalah kegagalan Pemerintah daerah dalam menyajikan atau menyediakan fasilitas maupun sistim pendidikan yang baik bagi masyarakat Papua. Dalam ha ini, kami merasa bahwa rakyat Papua tidak bersalah, sebab bukan kegagalan mereka dalam mengenyam pendidikan tetapi kegagalan Pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan di Papua terutama dalam bidang pendidikan, sehingga kebodohan dan ketertinggalan masih terlihat jelas .
- Dasar-dasar mengenyam pendidikan di luar Papua.
- Kesadaran akan pentingnya pendidikan
Seiring serta IPTEK yang terus berkembang, kesadaran masyarakat Papua tehadap pendidikan pun terus berkembang. Mereka menyadari mana yang memunyai sistim pendidikan yang benar dan bermamfaat bagi kaum muda papua. Oleh sebab itu, banyak orang tua mengusahakan atau memasukan anak mereka ke sekolah yang unggul, agar supaya anak mereka menjadi orang yang kompeten sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan ini telah terlihat dari lulusan SD, SMP, SMA, serta perguruan tinggi dari luar Papua, contohnya; mengenyam pendidikan di Sulawesi, Kalimantan, Jawa maupun Sumatra. semakin banyak lulusan dari luar Papua ini menandakan bahwa mereka menyadari untuk merubah taraf hidup keluarga, marga, dan pada umumnya masyarakat Papua, sebab mereka menyadari bahwa sistim pendidikan dan Pemerintah di Papua kurang menjanjikan bahkan banyak kaum intelektual Papua menilai bahkan sistim pendidikan yang dijalankan di Papua sangat buruk.
- Kemauan untuk mencari ilmu
Banyak anak muda Papua yang merantau untuk menuntut ilmu di tanah rantauan hanya dengan kemauan tanpa ada dorongan (material maupun financial) dari orang tua mereka. Mereka adalah anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi menengah bawah. Mereka, anak-anak mudah tersebut, biasanya meperoleh kiriman enam bulan sekali, bahkan satu Tahun. Oleh sebab itu, ada yang harus putus kuliah, ada yang cuti beberapa semester serta ada yang hingga saat ini belum selesai hanya karena kekurangan financial.
Meskipun mereka melewati berbagai macam ujian atau cobaan, mereka tidak pernah putus asa untuk meraih apa yang mereka cita-citakan. Mereka sadar bahwa mereka datang ke tanah perantauan untuk mewujudkan impian mereka. Sebelum impian mereka tercapai, mereka tidak memedulikan dengan kelaparan, kehausan, kesakitan dan sebagainya demi mencapai keinginannya.
Ada banyak mahasiswa, anak Papua yang tidak mampu, yang tidak peduli dengan perlengkapan atau atribut kampus. Mereka pergi ke sekolah atau ke kampus hanya dengan mengunakan satu pasang baju selama seminggu. Bahkan ada juga yang tidak pernah membeli atau copi buku karena uang yang mereka miliki digunakan untuk mencari referensi di Internet yang harganya lebih murah dibandingkan dengan harga buku.
Kebanyakan anak-anak Papua mengunakan kemauan sebagai tombak untuk mencapai sasaran atau cita-cita yang diimpikan. Mereka tidak peduli dengan kekurangan mereka. Bagi mereka, mereka harus merubah kekurangan itu menjadi kelimpahan pada kehidupan yang akan datang. Itu adalah kata hati bagi mereka yang berangkat dari ketertinggalan, kekurangan serta orang yang berasal dari keterbatasan ekonomi.
- Contoh anak mudah Papua yang berhasil karena kemauan.
Natan Pigome (pilot di Amerika Serikat) adalah anak muda Papua yang berangkat dengan uang Rp 70.000 dengan mengandalkan kemauan yang tinggi untuk mencari ilmu di tanah rantauan. Pertama kali dia keluar dari Papua dan tiba di bali hanya memiliki atau mengetahui tiga kosa kata bahasa Ingris, yaitu; I, eat serta yes. Setelah di tiba di Bali, beliau bertemu dengan orang yahudi di Bali kemudian dia ikut pelarian ke Amerika serikat hanya dengan modal 70.000 dan 3 kosa bahasa inggris. Dan sampai sekarang Pigome boleh dikatakan orang tersukses atau pilot tersukses yang ada di Amerika Serikat asal papua dan beristri warga negara berasal dari kebangsaan yahudi, serta kedua anaknya.
- Kota Jogja sebagai tujuan kota studi
- Kepopuleran kota studi
Kepuleran Jogjakarta sebagai Kota studi pun menjadi perhatian bagi anak-anak muda papua yang ingin mengenyam pendidikan. Dengan kepopuleran itu juga telah menarik hampir setengah mahasiswa Indonesia bahkan mahasiswa asing, mahasiswa timur leste, Papuan New Guinea, Australia bahkan Negara lain yang menjadi tempat tujuan studi mereka.
Mahasiswa asal Papua pun tidak terkecuali untuk datang ke Jogjakarta untuk mengenyam Pendidikan. Kedatangan mereka ke Jogjakarta pun tidak terlepas dari pengaruh kepopuleran Jogjakarta sebagai kota studi dan beberapa alasan atau factor lain. Oleh karena Jogja sebagai Kota studi sert kota budaya terbaik di Indonesia, maka banyak anak-anak mahasiswa datang ke Jogjakarta untuk mengenyam pendidikan baik SD, SMP, SMA atau SMK bahkan perguruan tinggi.
- Fasilitas Pendidikan yang fleksibel
Tidak heran jika mutu dan fasilitas pendidikan di Jogjakarta Jauh lebih mudah dan fleksibel dibandingkan dengan mutu pendidikan di Kota studi lainnya. Contoh-contoh fasilitas pendidikan yang disediakan di antara lain; Internet atau warnet, Kampus berbasis teknologi, Toko buku, bahkan Perpustakaan yang dipenuhi dengan buku referensi untuk mempermudahkan mahasiswa dan pelajar dalam mengakses serta menyelesaikan study akhirnnya.
Selain itu, kemajuan Jogjakarta khususnya di bidang pendidikan tidak terlepas dari usaha Pemerintah DIY. Pemerintah Juga melakukan terobosan dan pembaharuan untuk memajukan Pendidikan di Jogjakarta. Pemerintah DIY menyediakan dana awal untuk membuka usaha Warnet, Percetakan dll agar supaya mahasiswa tidak kesulitan memperoleh untuk mengenyam pendidikan di Jogjakarta. Pemerintah Juga memberikan fasilitas seperti Toko buku dll. Tujuannya adalah agar supaya mahasiswa yang datang ke Jogjakarta menjadi orang yang mempunyai isi atau memunyai kemampuan di dalam berbagai Ilmu.Inilah yang perlu dicontoh oleh wilayah lain dan serta palau-pulau lain dan yang utama adalah perhatian pemerintah pusat.
Jogjakarta juga menyediakan berbagai macam kampus dengan menawarkan jurusan yang berbeda-beda. Sementara ini hampir 30 lebih kampus yang terdapat di Jogjakarta. Ini berarti, mahasiswa yang datang ke Jogjakarta bisa memilih campus kesukaan mereka.
Kampus-kampus di Jogjakarta pun menawarkan standar harga yang bervariasi. Ada kampus yang mahal dengan mutu yang tinggi. Ada juga kampus yang murah dengan mutu pendidikan yang dapat dikatakan standar. oleh karena itu, Jogjakarta juga menjanjikan agar anak-anak yang pendapatan orang tuanya pas-pasan pun dapat mengenyam pendidikan hingga memperoleh Ijazah sarjana (S1, S2 bahkan S3).
- Adaptasi
Bagi anak muda Papua beradaptasi dengan lingkungan, budaya serta masyarakat yang ada di Jogjakarta dapat dikatakan sulit dan memerlukan waktu yang sangat lama. Kesukaran ini terjadi karena perbedaan budaya, karakter, adat-istiadat, dialek serta lingkungan yang sangat menonjol perbedaannya. Tentu saja, orang yang budaya hampir sama dengan budaya Jogjakarta akan mengatakan bahwa hal ini tidak masuk akal tetapi itu realita yang terjadi bagi anak-anak muda yang mengenyam pendidikan di tanah rantauan. Ada beberapa factor yang menjadi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada:
1. Perbedaan karakter
Sifat dan cara berfikir antara masyarakat Jawa khususnya Jogjakarta dengan Indonesia bagian timur terdapat perbedaan. Perbedaannya adalah Orang Jawa diidentikan dengan baik, halus dan rama tamah sementara itu, bagi orang Papua diidentikan dengan kasar, tidak tahu etika dll. Contohnya, orang Papua khususnya mahasiswa asal Papua akan terus terang memberitahukan apa yang mereka tidak inginkan, tidak senang atau merasa disakiti.
Dari perbedaan itu, terdapat juga beberapa keunikan tersendiri dari sifat-sifat tersebut. Contoh orang Papua terus terang akan memberitahukan atau membalas pada saat itu juga, tetapi setelah amarahnya redah tidak ada rasa benci atau frustasi terhadap orang yang menyakitinya. Sementara itu, Jika Orang Jogjakarta selalu memendamkan rasa marah atau rasa frustasi mereka dalam jangka waktu yang lama.
2. budaya
seperti halnya karakter, budaya Papua dan Jawa pun sangat berbeda. Hal ini, kita dapat melihat dari berbicara, makanan, tata karma. Contohnya makanan, orang jawa sebih senang makan masakan manis, sementara orang Papua lebih senang yang asin. Dan cara berbicara pun berbeda; cara berbicara orang Papua lebih cepat dari pada orang jawa cara berbicara orang jawa yang lamban dll. Sehingga, budaya ini pun menghambat penyesuaian mahasiswa asal Papua yang ada di Jogjakarta.
Kesimpulannya, sebenarnya di dalam perbedaan itu terdapat hal-hal unik yang kita dapat memetiknya, namun disini yang diperlukan adalah menghilangkan ego. Kita harus sadar bahwa salah satu budaya tidak dapat mendominasi budaya lain. Artinya bahwa kita harus menyadari bahwa Jika kita memertahankan budaya kita masing-masing maka yang terjadi adalah Orang Jawa tidak dapat beradaptasi dengan orang Papua dan Orang Papua tidak dapat beradaptasi dengan orang Jawa. Oleh sebab itu, saling menghargai dan mempelajari budaya satu dengan yang lain itulah yang terpenting harus kita sama-sama menyadari.
a. Pendekatan-pendektan untuk beradaptasi
· Penyesuaian lingkungan sosial
Banyak cara yang dilakukan anak-anak muda Papua yang kuliah di Jogjakarta agar supaya mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan, budaya. Salah satunya adalah melakukan pendekatan dengan orang-orang terdekatnya atau bapak ibukosnnya untuk mendalami atau mempelajari budaya, kebiasaan masyarakat Jogjakarta. Ada juga yang bergabung hingga ke perdesaan hanya untuk mengenal budaya atau kebiasaan di Jogjakarta. Karena hal ini penting bagi anak-anak muda papua kalau tidak demikian pastilah masih terbawa adat kebisaan yang dari daerah asalnnya.
- Makrab dan Penyesuaian lingkungan kampus
Salah satu hal yang sangat sulit adalah cara bersaing dengan mahasiswa lain di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh penerapan pendidikan yang lebih mengutamakan Indonesia barat alias Jawa. Namun anak muda Papua tidak pernah tingga diam atau menjadi penonton, mereka mengadakan beberapa usaha diantaranya, mencari Informasi dan pengalaman kaka senior mereka yang sudah berhasil atau sudah ada sebelum.
Selain itu, anak-anak Papua selalu mengadakan makrab setiap tahun. Tujuan dari makrap ini adalah kakak-kakak senior ingin mengarahkan anak-anak yang baru datang ke Jogjakarta. Mereka juga ingin memberikan bimbingan tentang cara hidup di tengah masyaraka serta belajar dan membagi waktu yang efektif dll. Sehingga seketika mereka masuk ke kampus mereka sudah tidak perlu bingung untuk bersaing atau mengikuti pendidikan.
Dengan arahan yang diberikan oleh kakak senior mereka, mereka mejalankan sesuai dengan nasehat atau arahan yang diberikan oleh kakak senior mereka. Ada yang mengembangkan diri dengan memfokus atau mengembangkan kepribadian melalui organisasi social maupun organisasi kiri. Ada juga yang mengembangkan skill dengan mengikuti kursus-kursus sesuai dengan arahan yang diberikan oleh kakak-kakak senior mereka. Ada juga yang berusaha bersaing dengan teman-teman dengan membaca buku-buku yang sudah disediakan di perpustakaan.
Dengan langkah-langkah diatas ini adalah langkah yang diambil oleh anak-anak muda Papua untuk menyesuaikan dengan sekolah, mereka yakin dengan cara diatas mereka sudah dapat menyesuaikan atau bersaing dengan lingkugan maupun teman kampus mereka.
E. Tanggapan Anak-anak Papua terhadap Masyarakat Jogjakarta.
a. Tukang Gossip
Anak-anak Papua yang belajar di Jogjakarta menilai bahwa masyarakat Jogjakarta menceritakan hal-hal yang negatif atau hal-hal sepele orang lain tanpa memberitahu kepada orang yang bersangkutan.
Contoh korban gossib, Hal-hal ini pun dialami oleh beberapa orang atau anak mahasiswa Papua; hanya karena tidak membayar uang listrik satu bulan, bapa kosnya menceritakan kepada orang yang ada di RT itu. Anak tersebut tidak menerima kelakuan bapa kosnya ialah dia menceritakan kepada orang lain tanpa menagi atau memberitahukan terlebih dahulu kepadanya.
Dengan demikian, nama baik anak tersebut tercoret, sehingga mau dan tidak dia harus memutuskan untuk menyendiri dan tidak berbaur lagi dengan orang lain. Kemudian setelah batas waktu kos-kosannya habis, dia mencari kos-kosan lain karena dia merasa malu atas perlakuan bapak kosnya teradap dia.
Orang Jawa, walaupun bukan seluruhnya, tidak menyadari bahwa gossip ini dapat menjatuhkan martabat orang lain. Hal ini yang perlu disadari oleh orang-orang yang suka gossip alias kerjaannya gossib.
b. Suka Menyamakan orang
Nama baik mahasiswa papua dari pandangan masyarakat Jogjakarta sudah negatif. Mereka menilai bahwa semua anak muda Papua berbuat hal yang sama. Contohnya, mereka beranggapan bahwa seluruh anak Papua suka mabuk dan suka melakukan onar, serta melakukan hal-hal yang dipandang tidak wajar dari pandangan masyarakat setempat, kenyataannya tidak seperti yang dikirakan. Sebab anak muda papua yang study di kota Jogyakarta mengenal dengan kata menjaga nama baik anak papua. Jadi kami sebagai anak muda papua yang mengenyam pendidikan di Jogjakarta menyampaikan kepada masyarakat bahwa, tidak semua anak papua melakukan hal-hal negetif atau onar, hanya kalangan atau orang-orang tertentu yang melakukan hal serupa. Maka yang harus dilihat adalah apa, latar belakang ekonomi (orang tua pejabat) dan siapa yang melakukan hal tersebut.
E. Bagimana tanggapan masyarakat terhadap budaya luar
a. Perlu sadari
Kebiasaan adat-istiadat dan tata krama perlu dipahami oleh anak-anak muda papua, karena ini membentuk cara hidup dalam pergaulan dan kebiasan di tengah-tengah masyarakat Jawa, kalau tidak demikian masih terbawa adat kebiasaannya, menurut anak-anak muda papua itu merupakan kebiasaan ini cocok bagi kelompoknnya, tetapi dari pandangan masyarakat sekitarnya kebiasaan tersebut kurang baik. Maka perlu belajar hal-hal yang cocok bagi masyarakat setempat dan kalau perlu memahami budaya kebiasaan masyarakat dimana anak-anak muda papua berada. Dan perlu diperhatikan adalah segi positifnya dari adat kebiasaan masyarakat Jogjakarta, sering kita hadapi adalah masyarakat memberikan atau menggarakan anak-anak muda papua ini ke hal yang baik disamping itu ada juga hal-hal yang kurang cocok bagi anak-anak muda ini di tengah-tengah masyarakat setempat. Karena pemahaman masyarakat jogja terhadap budaya luar membawa perbedaan diantara mereka, jika pemahaman yang terjadi adalah hanya pada hal-hal yang negative.
Anak-anak muda papua peminum, pemabok, anarkis dan sebagainya, maka hal yang penting untuk kami mengoreksi kembali adalah dimana titik kelemahan anak-anak muda papua. Dari pandangan ini perlu kami membenarkan karena kami sebagai anak-anak muda papua mengenal dan memahami persoalanya. Jadi barang-barang tersebut bawah dari daerah asal atau memperoleh dari masyarakat setempat? Pelaku penjual miras itu siapa? Dan mengapa ia menjual barang yang merugikan orang lain? Untuk apa ia mengendarkan miras? Pasti banyak jawaban yang akan muncul untuk membelah dirinya namun bagi kosumsi ia menjelek-jelekannya pada hal biang keladinya adalah orang yang sengaja menjual barang-barang tersebut untuk mematikan masyarakat banyak pada khusus generasi muda papua. Namun anak-anak muda papua belom menyadari dalam hal ini dan anak-anak muda papua beranggapan bahwa minuman adalah hobby bukan budaya papua.
b. Menciptakan suasana yang kondusif
Mengenal dengan budaya jawa yang rama-tamah dan tata krama ini, maka perlu belajar kebiasaan dan tradisi jawa untuk menyamakan, Berarti bukan diri anda menjadi mereka, tetapi kita memetik hal-hal baik dari masyarakat dan menjadi teladan bagi yang lain, agar masyarakat menerima kita.
Masyarakat Jogjakarta memandang anak muda papua bahwa anak muda Papua datang ke Jawa untuk belajar dan menimbah ilmu pendidikan di Jogjakarta, oleh karena itu anak muda Papua khususnya mahasiswa dan pelajar perlu mempelajari dan juga memahami adat istiadat yang ada di jogja. Kalau tidak demikian tentulah anggapan masyarakat terhadap anak muda papua akan terus negatif. Dan yang penting bagi anak muda papua adalah mematahkan anggapan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Mabuk, berarti mabuk itu tidak dilakukan oleh semua anak muda papua, anarkis berarti anarkis itu tidak dilakukan oleh semua anak muda papua, tetapi masyarakat Yogyakarta mengganggap bahwa anak muda papua itu suka mabuk-mabukan, bikin onar. Sebenarnya kelakuan itu dilakukan oleh sebagian kelompok anak yang orang tuanya dari ekonomi menengah atas. Mereka mereka inilah yang merusak nama baik anak-anak muda papua di tengah masyarakat jawa.
- Kehidupan di tengah keakraban
Menciptakan keakraban itu penting terhadap siapa saja, terutama di tengah-tengah masyarakat, dan di kalangan mahasiswa apabila kita sudah mengenal dan sudah menjadi teman akrab itu menciptakan Susana yang kondusif. Disamping itu juga kita dituntut untuk bergaul bebas. Akan tetapi, pergaulan bebas itu tidak dapat menjanjikan hal-hal yang berguna bagi kita, asalkan dengan siapa kita bergaul, jika pergaulan itu menjerumus kita ke hal yang negative dan melalui pegaulan itu bisa saja menciptakan hal positif dan negetif.
- Menghargai budaya luar
Dari pandangan ini kami ketahui bahwa masyarakat jawa benar-benar menghormati budaya luar karena Indonesia memiliki berbagai adat-istiadat, budaya, kebiasaan, tradisi dan lain sebagainya. Dari latar belakang yang berbeda ini masyarakat Jogjakarta juga mengenal hal tersebut, hingga sampai sekarang masyarakat Jogjakarta menerima setiap tahun ajaran kurang lebih puluhan ribu pelajar mahasiswa dari luar pulau Jawa yang keinginan untuk belajar di kota istimewa Jogjakarta, serta menyediakan tempat kos-kosan bagi mereka. Dari inilah yang kami memahami bahwa masyarakat juga menerima kita apa adanya asalkan hidup di tengah-tengah masyarakat sesuai dengan adat kebiasaan yang ada di sekitarnya.
PENUTUP
- Kesimpulan
Kehidupan yang nyata ini perlu memahami budaya, krakter , adat isti-adat dan kebiasaan dan lain sebaginya, inilah pengalaman dan pandangan kelompok tentang anak muda papua di tengah masyarakat Jogja. Dengan pengalaman dan pandangan ini kelihatanya dari segi kacamata orang-orang berbeda-beda dan juga sebagaimana kelompok kami menceritrakan diatas merupakan belum tentu benar oleh orang lain, yang utamanya masyarakat Jugja serta anak muda Papua, sehingga pentingnya cara pandang kita terhadap suatu persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Cara hidup di tengah-tengah masyarakat inilah yang kelompok memahami benar-benar bahwa itu merupakan suatu kehidupan yang nyata di dalam kelompok masyarakat, di dalamnya terdapat berbagai ragam antaranya, budaya, kebiasaan, tradisi, kraktek dan lain sebagainya serta menciptakan suasana yang aman dan kondusip
- Saran
Pandangan dan pengalaman setiap orang itu tidak sama, setiap orang memiliki pengalaman dan cara pandang yang berbeda, sehingga kelompok menyampaikan bahwa pengalaman dan cara pandangan kita itu berbeda sehingga kelomok menceritakan pengalaman hidup di tengah masyarakat.
Pengertian pengalaman itu sendiri benar-benar nyata yang perna kita alami sendiri serta cara pandang juga tidak sama dengan pengalaman yang perna kita alami, jadi cara pandang kita itu belum tentu benar, maka kelompok kami sampaikan bahwa ini hanya sebuah cerita di tengah-tengah masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar