![]() |
Inpirasi Sumbert foto dari fb |
Hak Untuk Merdeka Adalah Kewajiban Kita Untuk Mendukung Dan Mendorong!
THE RIGH TO SELF DETERMINATION (Hak untuk menentukan nasib sendiri), tak lekang ingatan ku tentang cerita bangsa papua menempuh perjalanan panjang dari hidup berkerukunan, mangusuh, riang gembira, kebudayaan egaliter, kesukuan penuh cinta, dami bermatabat, tangis mengenang, dan bumi “ mama “ nan indah, hutan berambut lebat, hewan berasuh-bersaudara dengan manusia, tak tau saling menindas, tak kenal khianat dan mencuri di negerinya, kebutuhan serba ada dan berkawan cendrawasi, harum anggrek menembus penjuru alam, dan setrusnya-seterusnya. Seingatan dalam membaca dan mendengar kata panglima revolusi Rusia (Lenin) berucap kepada rakyat dan kawan-kawan-nya :
“ kemerdekaan bangsa-bangsa tertindas dan penghapusan secara rill
penindasan nasional akan membawa fusi bangsa-bangsa.
Dan kriteria politik dari kemungkinan ini ada pada kebebasan untuk
Memisahkan diri (dari politik aneksasi) Lenin ‘’
Bangsa papua adalah sebuah (nation) yang sengaja di lupakan dari lembaran sejarah Indonesia. Di mana bangsa yang selalu di diskriminasi dari aspek pembangunan ekonomi maupun politik, kebijakan Negara yang sebelah mata terhadap bangsa pepua adalah indikator dari syarat pelepasan diri menjadi bangsa yang merdeka. Pada permulaan sejarah kemerdekaan sudah tak waras jika bagsa papua di jadikan hak kekuasaan teritorial Indonesia yang dari aspek sejarah kemerdekaan idonesia orde lama mengupayakan pembebasan irian barat yang ironisnya adalah upaya pengakuan secara de facto dan de jure dari perlawan politik aneksasi klonial. Soekarno yang dengan lugas memberikan hak pembebasan irian barat kepada tentara Indonesia tak lekang awal permulaan tentara di puja-puji sebagai pahlawan nasional. Saat orde lama berganti menjadi orde baru bangsa papua tetap di perkuat dari kekuasaan rezim orba mengusai dan menentukan kendali pengusaan kekayaan alam dan manusianya. Kita tak boleh munafik dan berpaling membenarkan tentang pengakuan lembaran hitam manipulasi (tentang trikora pada tahun 1961 waktu mereka membuat commando mandala yang di pimpin oleh jendral soeharto) padahal dari kesepakatan konfrensi meja bundar (KMB) batas hindia belanda hanya dari sabang sampai ambonia tidak termasuk papua barat.
Rekayasa-rekayasa sejarah itu tetap di perkuat hal ini dapat di buktikan pada 1 mei 1963 bangsa papua di resmikan menjadi bagian dari penguasaan Indonesia, pembohongan sejarah itu masi tetap di pertahankan seperti perjanjian pula yang kita kenal perjanjian (New York) hanya sekedar pengakuan pendapat rakyat (Papera) tahun 1969 di mana 175 orang papua di beri hak suara dari 1025 yang di ikut sertakan dalam kesepakatan (Papera) padahal jumlah rakyat papua pada saat itu berkisar 809.337 juta munafik belum ada pengakuan secara mayoritas sudah di resmikan menjadi wilayah Indonesia. yang dari sejarah kelam perjanjian itu keterlibatan dan pengakuan bangsa papua tak secara demokrasi memberikan hak pengusaan/penyerahan diri sepenuhnya dalam kandungan Negara Indonesia, akan tetapi hal sedemikian adalah ulah rezim orba beserta korporasi asing dalam penyelesaiaannya.
Tentang stereotip bangsa papua tak berkebudayaan, bermartabat, dll. Adalah omong kosong sebab di lihat dari makna nasionalisme/nation bangsa papua memenuhi syarat untuk menjawab persoalan-persoalan itu. Dari kesamaan bahasa di miliki bangsa papua dari sejarah kelam nenek moyangnya, kohesi ekonomi/kesamaan ekonomi sejarah bangsa papua adalah sejarah bangsa egaliter, tentang teritorial bangsa yang di bangun sesuai ketentuan hukum yang di anut kesukuan, tentang sikologi adalah sama rata sama rasa baik alhasil penindasan tentara, pemerintahan Negara Indonesia, dan birokrasi dari dalam kandungan sendiri. Sebab-musabab ungkapan-ungkapan itu muncul adalah alasan yang lebih kongkrit persoalan Indonesia tak bisa melepaskan bangsa papua dari basis kekayaan alamnya, dan rendah tenaga produktifnya yang di olah menjadi budak pertambangan/industrialisasi (Freeport). Sejak Indonesia dapat mengusai bangsa papua Negara dan pemerintahannya tak sedikit memakan keringat bangsa papua dan mengambil isi perut alam bangsa pupua kekayaan yang mengalir ke pusat Negara di prioritas untuk membangun tangsi perjudian pembangunan yang berat sebelah, hingga prioritas pembangunan infrastruktur dan supra struktur (tenaga produktif) lambat-laun mengalami dialektika perkembangan bahkan tak layak sama sekali (baik ekonomi-nya, pendidikan-nya, kesehatan-nya, teknologi-nya dll), (Baca : Mereka yang memberi banyak mendapatkan-nya sedikit).
Alhasil dari kekuasaan Indonesia terhadap bangsa papua ternyata tak kala kejam pola politik aneksasi yang di lakukan Negara terhadap bangsa papua lebih kejam dari aneksasi politik klonial. Seperti ungkapan Pramoedya Ananta Toer :
“ Bangsa Indonesia adalah bangsa
yang selalu di jajah oleh bangsa-bangsa
asing. Dan juga turut menjajah bangsa-nya sendiri ” Pramoedya.
Dari aspek kebijakan pemerintahan hari ini, bangsa papua selalu di landa tindakan kriminalitas kemanusiaan yang di lakukan oleh tentara Indonesia. Mulai tercatat sejak orba di bawah kendali president Soeharto tentara-tentara loyalis tak hentinya membungkam gerakan papua merdeka sejarah bintang kejora kedamaian itu berubah menjadi sejarah kematian umat manusia. Dalang operasi militer tak lepas harus di pisahkan dari kebutuhan mendasar Indonesia terhadap papua karena kekayaannya dan pro-modal korporasi skla global imperalisme, capitalisme, neoliberalisme.
Ekspolitasi sumber daya alamnya tak cukup bila manusianya tak harus di musnahkan. Tahun 2010 sampai 2016 hampir di perkirakan bangsa papua selalu menjadi korban senjata pasukan loreng/tentara Indonesia, operasi sirgala dan serdadu bekas education knill dan jepang ini memang sedari lahirnya di ajari menindas. Demi apa ? apakah karena nasionalismenya ? ataukah merangsang aneksasi politik dwi-fungsi abrinya (Nasionalisme sontoloyo/sempit salah arah). Kekayaan freeport yang berkelindaan dari penghasilan freport yang ada di Amerika utara yang hanya US$ 4,8 Miliar, di Amerika selatan yang hanya US$ 3,8 Miliar, dan Eropa yang hanya US$ 1,89 Miliar tak sebanding dengan pendapatan Freeport di papua yang lebih besar penghasilannya/pendapatannya US$ 5,9 Miliar, jadi tak ada salahnya dan sewajarnya jika hak menentukan nasib bangsa untuk merdeka (papua barat) harus di dorong dan di perjuangkan karena ini adalah hak politik dan tugas PEMBEBASAN NASIONAL dengan membangun solidaritas perjuangan menyelesaikan tuntutan mendesak politik kemerdekaan bangsa papua.
Sebelum mengakhiri tulisan ini berkenan hati dan pikiran mencoba membaca dan menghayati puisi sebagai berikut :
UNTUK MU TENTARA
Kita bukan perampok dan pemberontakan
Kenapa kita harus di buru dan di aniaya
Kenapa kita di anggap hewan buruan
Barangkali kita dan mereka berbeda
Yang di bedakan warna baju dan alat penembak
Bagaimana negeri ini merdeka kalau keamanan kita masi warisan belanda dan fasisme jepang
Sementara kita rakyat juga bisa menentukan kemerdekaan
Sudah cukup darah harus di telan bumi
Sudah cukup bangkai manusia di kubur tanpa manusiawi di bumi ini
Seakan dunia dan negara ini milik mereka
Lalu kita lupa tragedi 48 Yang belum sepenuhnya merdeka negeri sudah bercucuran darah
Lalu kita lupa malapetaka 65 Yang berjuta bangkai manusia di tembak, di buru, di aniaya, dan di perkosa
Hingga detik-detik runtuhnya Singgasana orbais masi tetap bunyi tembakan di mana-mana di kumandangkan
98 Ada yang khilang, Yatim-piatu janda dan duda
Tragis negeri ini milik mereka, kita budak mereka karna kita tak punya senjata hanya karna berbekalan semangat dan berjuang
Kawan ku! Jika bendera sudah di bentang dan lonceng kemenangan sudah berbunyi
Kita harus kepalkan tinju memukul tubuh mereka hingga retak dan hancur lebur
Kawan ku! Kita tak boleh terus di hantui oleh mereka
Kita mesti kuat dan berani, apalah arti seorang pejuang jika keberania tidak kita uji
Janganlah surut, janganlah takut sebab ketakutan hanyalah bayang-bayang
Kawan ku! Kebenaran perlu di tegakkan
Kediktatoran rakyat perlu di menangkan
Jika tidak kita akan selalu di gilas oleh sejarah
Sementara sejarah adalah milik kaum penguasa dan harus kita rebut!
Sumber: www.facebook.com/Papuamendhe?pnref=story
0 komentar:
Posting Komentar