![]() |
inpirasi foto sumber goole.com |
Suara_yobandolma:Salah
satu pihak yang terkena dampaknya adalah jelas para aktor politik atau
politisi. Di satu sisi, medsos memberikan kesempatan yang luas bagi politisi
untuk tidak saja eksis dalam kehidupan politik, tetapi juga melakukan sebuah
akselerasi mobilitas vertikal secara cepat. Dengan dukungan dan pengakuan
publik yang luas itu, mereka mampu menerabas struktur partai sehingga
memungkinkan seseorang yang tidak terlalu kuat kedudukannya dalam partai
politik mampu meraih posisi puncak dalam pemerintahan, dengan melewati banyak
senior dan tokoh penting dalam dunia politik, termasuk dalam partainya.
Kemenangan Barack Obama pada Pilpres AS 2008, seorang yang bahkan beberapa
bulan menjelang Konvensi Partai Demokrat adalah sosok yang tidak dikenal,
menandai kemenangan monumental medsos yang menandai era baru peran medsos dalam
kehidupan politik AS. Sementara dalam konteks kontemporer di Tanah Air,
keberhasilan Jokowi dalam menapaki tangga politik juga merupakan bukti peran
medsos yang mampu "memaksa" petinggi dan senior partainya memberikan
jalan kepadanya, yang dalam konteks keanggotaan partai politik masih relatif
"hijau" untuk menjadi kandidat gubernur dan presiden. Kasus yang sama
juga terjadi di Kanada ketika Justin Trudeau—sosok politisi muda— mampu
memenangi kursi pimpinan Partai Liberal Kanada. Itu kemudian memberikannya jalan
untuk memegang tampuk pemerintahan tertinggi di negara tersebut.Medsos,
sebagaimana dikatakan Guy Lachapelle (2015), memberikan pengaruh dukungan yang
kuat dalam soal kepemimpinan politik dewasa ini, tidak saja dalam level partai,
tetapi juga pemerintahan. Namun, di sisi lain, medsos juga memiliki dampak lain
bagi aktor politik. Dengan semakin terbukanya peluang setiap warga negara untuk
menelaah dan menyaksikan sepak terjang seorang politisi secara lebih
transparan, para politisi tidak dapat lagi menutupi jati dirinya. Bahkan,
setiap pilihan kata, ekspresi, atau bahasa tubuh akan terekspos dan akhirnya
menjadi pertimbangan publik dalam menentukan sikap dan pilihannya. Terkait
dengan hal ini, medsos sejatinya memaksa politisi lebih arif dan bijak,
termasuk dalam bersikap dan memilih kata-kata. Kebutuhan ini jadi semakin
mendesak karena masyarakat kerap menginginkan sosok yang demikian idealnya
sebagai pemimpin mereka. Karena itu, kegagalan seorang kandidat dalam menjaga
persoalan ini jelas akan memberikan konsekuensi yang akan merugikan dirinya.
Menurunnya popularitas atau dukungan menjadi salah satu konsekuensi tersebut.
Dengan demikian, medsos dapat menjadi pisau bermata dua bagi seorang politisi.
Di satu sisi, dia memberikan peluang untuk mengangkat derajat seorang politisi,
tetapi di sisi lain dapat pula menghancurkannya.
By Admin : robert gwijangge
0 komentar:
Posting Komentar